Menurut Sandra Wilde, orang-orang Eropa prasejarah secara konsisten memiliki kulit lebih gelap dari keturunan saat ini. Fenotip gelap tampaknya mengambil peran besar selama evolusi ratusan ribu tahun. Semua leluhur diperkirakan memiliki pigmen gelap, tetapi berubah perlahan selama 5000 tahun terakhir sebagai manusia yang bermigrasi ke lintang utara.
Tim peneliti menemukan berbagai macam variasi genetik khususnya pigmentasi. Awalnya mereka tidak berharap menemukan seleksi alam menjadi peran penting dalam perubahan pigmentasi selama beberapa ribu tahun terakhir. Hasil seleksi diidentifikasi sebanding dengan ketahanan tubuh terhadap malaria dan Laktase. Hal ini merupakan adapatasi alami terhadap penurunan tingkat sinar matahari di lintang utara.
Menurut Profesor Mark Thomas dari UCL, kebanyakan orang di dunia mendapatkan vitamin D dikulit dari paparan sinar Ultra Violet, tetapi di lintang utara, kulit gelap dianggap kurang efisien. Sangat mungkin dari rambut dan warna mata berfungsi sebagai bukti yang menunjukkan afiliasi kelompok, dan pada akhirnya memainkan peran dalam pemilihan pasangan.
Seleksi seksual biasanya terjadi pada hewan dan mungkin juga telah menjadi salah satu kekuatan pendorong dibalik evolusi manusia selama beberapa ribu tahun terakhir.
Perubahan genom manusia merupakan hasil dinamika popluasi, seperti yang terjadi pada migrasi, tetapi perubahan genetik akibat seleksi alam merupakan pengecualian. Pada saat yang sama, kecendrungan laktase terjadi, yaitu kemampuan mencerna gula pada susu konsumsi orang dewasa, dan gen pigmentasi lebih dominan dalam seleksi alam selama 10,000 tahun terakhir ataupun lebih dari itu.
Referensi
Natural selection has altered the appearance of Europeans over the past 5,000 years, 10 March 2014, by Universität Mainz. Journal Ref: Direct evidence for positive selection of skin, hair, and eye pigmentation in Europeans during the last 5,000 years. Proceedings of the National Academy of Sciences, 10 March 2014.
Advertisements